03 November 2025
24.5 C
Palu

Dosen Untad Ciptakan Batako Ringan dari Limbah Tongkol Jagung

Must read

RADAR PALU – Tim dosen dari Universitas Tadulako (Untad) berhasil menciptakan inovasi material bangunan ramah lingkungan melalui pemanfaatan limbah tongkol jagung menjadi bahan baku pembuatan batako ringan.

Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikst) tahun 2025.

Kegiatan ini dipimpin oleh dosen Fakultas Teknik Untad, Andi Jiba Rifai Bassaleng, ST., MT., bersama dua anggota tim, Nur Rahmanina Burhany, ST., MT., dan Kennedy, ST., MT. Program tersebut menggandeng mitra pelaku usaha kecil pembuat batako di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.

Menurut Andi Jiba Rifai, ide pemanfaatan tongkol jagung ini berawal dari banyaknya limbah hasil pertanian yang tidak termanfaatkan di wilayah sekitar Palu dan Sigi. Sebagian besar limbah jagung hanya dibakar atau dibiarkan membusuk, padahal mengandung potensi ekonomi dan lingkungan yang besar.

“Kami melihat peluang untuk mengubah limbah tersebut menjadi bahan bangunan alternatif yang lebih ringan, ekonomis, dan ramah lingkungan,” ujarnya.

Dalam kegiatan pengabdian tersebut, tim dosen tidak hanya fokus pada proses penelitian, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. Para pengusaha batako lokal diberikan pelatihan mulai dari proses pemilahan tongkol jagung, pengeringan, penghalusan, hingga tahap pencampuran bahan dengan semen dan pasir.

Proses pembuatan batako tongkol jagung dilakukan dengan mencampurkan bahan utama, yaitu semen, pasir halus, dan agregat dari serbuk tongkol jagung yang telah dihaluskan.

Dari hasil uji coba, tim melakukan tiga variasi komposisi, yakni campuran 10 persen, 20 persen, dan 30 persen tongkol jagung. Hasil terbaik diperoleh dari campuran 20 persen karena menghasilkan batako dengan tekstur lebih rapi, ringan, dan tetap memiliki kekuatan yang memadai untuk keperluan konstruksi ringan.

“Batako dengan campuran 20 persen tongkol jagung menunjukkan keseimbangan antara kekuatan tekan dan bobot ringan. Ini bisa menjadi solusi untuk kebutuhan bangunan rumah sederhana atau sekat interior yang tidak menanggung beban berat,” jelas Kennedy, anggota tim dosen.

Selain aspek teknis, kegiatan ini juga menekankan pada penguatan manajemen usaha dan pemasaran produk. Para pelaku usaha batako diberikan pelatihan pengemasan, strategi penjualan, serta perencanaan produksi agar lebih efisien.

“Kami ingin para mitra tidak hanya mampu memproduksi batako ramah lingkungan, tetapi juga bisa mengelola usahanya dengan berkelanjutan,” tambah Nur Rahmanina Burhany.

Inovasi ini turut memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan memanfaatkan limbah pertanian, pencemaran akibat pembakaran tongkol jagung dapat ditekan. Di sisi lain, masyarakat juga memperoleh alternatif sumber pendapatan baru melalui produksi batako ringan yang bernilai jual lebih tinggi.

Program pengabdian ini mendapat sambutan baik dari warga Kelurahan Tondo. Salah seorang mitra usaha, Amir (45), mengaku senang bisa mendapatkan pendampingan langsung dari pihak universitas. “Biasanya kami buat batako biasa pakai campuran semen dan pasir saja. Sekarang kami belajar teknik baru, dan hasilnya batako lebih ringan tapi tetap kuat,” ujarnya.

Ke depan, tim dosen Universitas Tadulako berencana melanjutkan tahap uji kekuatan batako di laboratorium teknik sipil Untad untuk memastikan standar mutu dan keamanan konstruksi. Selain itu, tim juga akan membantu mitra dalam memasarkan produk batako ramah lingkungan melalui platform digital dan pameran produk lokal.

Melalui program ini, Universitas Tadulako menunjukkan perannya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang tidak hanya berfokus pada kegiatan akademik, tetapi juga memiliki komitmen nyata dalam menjawab persoalan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

Inovasi batako ringan dari tongkol jagung ini diharapkan dapat menjadi contoh penerapan konsep ekonomi sirkular di sektor konstruksi. Limbah yang selama ini dianggap tidak berguna, kini bisa menjadi material bangunan bernilai tinggi dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Tengah.(adv)

-IKLAN-spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest article

More articles

WeCreativez WhatsApp Support
Silahkan hubungi kami disini kami akan melayani anda 24 Jam!!