01 October 2025
24.7 C
Palu

Lewat Konservasi Mangrove Berbasis Digital, Cara Indosat Lindungi Pesisir Teluk Palu dari Ancaman Bencana

Must read

Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) hadir dengan kepedulian melindungi Teluk Palu dari ancaman bencana melalui konservasi mangrove dengan metode digitalisasi berbasis Internet of Things (IoT).

Oleh : Rony Sandhi/Kota Palu

Pesisir Teluk Palu Provinsi Sulawesi Tengah menyimpan catatan kelam akibat bencana tsunami, Jumat 28 September 2018. Hal ini menjadi atensi dari Indosat untuk peduli dan melindungi pesisir Teluk Palu dengan penanaman mangrove.

Indosat dengan menggandeng sivitas akademika Universitas Tadulako (Untad) menanam mangrove di kawasan konservasi Mangrove pesisir Teluk Palu Pantai Dupa, Senin 19 Agustus 2024 lalu.

Kegiatan penanaman mangrove di pesisir Teluk Palu merupakan upaya untuk menata kawasan pesisir dan juga untuk menjaga kelestarian ekosistem wilayah pesisir, merupakan lanjutan komitmen Indosat mendukung pelestarian lingkungan melalui program Digitalisasi Konservasi Mangrove.

Sebelum dilakukan di pesisir pantai Teluk Palu Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, program ini sudah dilaksanakan di beberapa provinsi seperti Kalimantan Utara, Aceh, Jawa Tengah, dan Maluku.

EVP Head of Circle Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua (Kalisumapa) Indosat Ooredoo Hutchison, Swandi Tjia, dalam sambutannya mengatakan, seperti diketahui di tahun 2018 silam, bencana tsunami pernah melanda Kota Palu, menjadi pelajaran penting bahwa tanaman mangrove bisa menjadi salah satu pertahanan menghadapi bencana.

“Keberadaan mangrove menjadi sangat penting, salah satunya menjadi benteng, juga untuk  menjaga ekosistem pesisir. Lewat program Digitalisasi Konservasi Mangrove, Indosat berkomitmen mendukung upaya ketahanan lingkungan dengan pengembangan mitigasi berbasis teknologi digital untuk melindungi Teluk Palu dari ancaman bencana,” ujarnya.

Swandi Tjia memaparkan, dalam kegiatan konservasi mangrove dengan metode digitalisasi berbasis IoT, Indosat menggandeng Global System for Mobile Communication Association (GSMA), merupakan kerjasama berbasis penelitian dengan Universitas Tadulako (Untad) dalam memperkuat benteng pesisir Teluk Palu.

Swandi Tjia, mengungkapkan, program Digitalisasi Konservasi Mangrove turut melibatkan sivitas akademika dari UNTAD, dalam rangka mendorong kolaborasi antara pihak akademisi dengan praktisi bidang teknologi. Langkah ini dilakukan sejalan dengan perjalanan transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi (Telco) menuju perusahaan teknologi (TechCo). “Kolaborasi dengan universitas setempat menjadi salah satu fokus utama Indosat dalam mendukung terciptanya pusat riset dan inovasi unggulan yang diperkuat oleh sumber daya manusia lokal berkualitas. Program ini sangat sejalan dengan misi Indosat dalam menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia,” pungkas Swandi.

Menariknya melalui kolaborasi konservasi mangrove ini, Indosat mengandalkan kekuatan IoT-nya bisa untuk memonitor kualitas air dan produktivitas tambak perikanan, sekaligus melestarikan ekosistem mangrove didalamnya.

KOLABORASI : EVP Head of Circle Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua (Kalisumapa) Indosat Ooredoo Hutchison, Swandi Tjia bersama Rektor Universitas Tadulako (Untad) Prof. Amar. (Foto: untad.ac.id)

Mendapat Sambutan Baik dari Pihak Untad

Kepedulian Indosat terhadap konservasi Mangrove berbasil digital tersebut mendapat respon positif dari sivitas Untad.

Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. H. Amar, ST., MT., IPU, Asean Eng mengapresiasi dan menyambut baik kolaborasi dengan Indosat untuk melestarikan ekosistem mangrove di pesisir Teluk Palu.

“Ini adalah langkah terbaik dan memberikan dampak positif dari sisi ketahanan lingkungan maupun untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar pesisir Teluk Palu,” ujar Prof Amar.

Menurut Prof Amar, inisiatif Indosat ini sebuah upaya bersama dalam melindungi dan memanfaatkan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli dengan keberlangsungan kehidupan lingkungan kita. Mari kita dukung niat baik dari Indosat ini,” ucapnya.

Sebagai informasi, mengutip data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia memegang peran kunci dalam pelestarian lingkungan sekitar 23% dari total tanaman mangrove dunia, atau setara dengan 3,5 juta hektar. Ekosistem ini memberikan manfaat penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan, diantaranya sebagai habitat bagi berbagai biota laut, perlindungan pantai dari abrasi, dan penyerapan karbon dengan potensial 4-5 kali lipat lebih besar dari hutan daratan.

Ekosistem mangrove (bakau) memiliki fungsi fisik, ekologis, dan sosial ekonomi yang sangat penting bagi ekosistem pesisir dan laut maupun masyarakat di sekitarnya. Ekosistem mangrove dapat menahan hempasan ombak atau angin saat terjadi badai, sehingga dapat melindungi keberadaan pantai, perumahan serta bangunan fisik lainnya. Ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai sumber plasma nutfah; tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan bagi berbagai biota perairan seperti ikan, udang, dan kepiting. Secara ekonomi, ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk destinasi wisata, perikanan tangkap dan budidaya, serta sarana pendidikan dan pembelajaran. (*)

-IKLAN-spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest article

More articles

WeCreativez WhatsApp Support
Silahkan hubungi kami disini kami akan melayani anda 24 Jam!!